Home
About Us
Our Inspirations
Gallery
Ekonomika
Grafity


  Inspirations

 

 

 
   
 

Merdeka...kata kawanku


Merdeka adalah busung lapar dan flu burung
karena nyawa tak berharga lagi

Merdeka adalah pendidikan mahal
meski angka putus sekolah kian menjulang tinggi

Merdeka adalah ganti rugi
karena rakyat kian layuh lunglai

Merdeka adalah hutang baru
meski tahu akan dikorupsi

Merdeka adalah mobil baru
meski sadar harga BBM tak lagi bersubsidi

Merdeka adalah kuasa
konon hanya onani penguasa tak berisi

Merdeka adalah partai baru
meski nyaris tanpa ideologi

ternyata...

Merdeka bukan kesejahteraan
...bukan pula kesetaraan

benar kata kawanku, ternyata...
Merdeka bukan apa-apa!


- Adhitya, Goettingen, 13 Agustus 2006-
 

 

Bimbingan Paduka

Temaram teja kan tenggelam
angin segera masuk keberaduan
Bergegas hamba menghadap Paduka
memohon ampun atas dosa yang tiada tara

Temaram senja berimpit gulita
kemilau kunang memamerkan kerlipnya
Tiada kuasa tiada daya
manakala dikalbu hampa tiada Paduka

Cerah kesuma buana ramah terasa
pun semerbak wangi bunga di telaga
Sirna pula dahaga dan nestapa
tak kala memimpikan hidup hamba dalam bimbingan Paduka selamanya.

adhitya, Marburg, 18 Agustus 2002

 

Sahabat
Masih kuingat gayamu berdebat
lekat keringat menari diantara gurat urat
bertahan berdiri penuh percaya diri

adhitya, sybelstrasse 16, 26 Pebruari 2002

 

Cermin Retak
Mimpi kadang  menghalau nyata yang mengigit sakit

adhitya, sybelstrasse 16, 26 Desember 2001

 

Biru
kala kau lempar sehelai sapu tangan yang bersarang makna
tiada segurat coretan pena tanganmu
diam tanpa kata berujar cinta
tiada dentang tambur
diam tanpa gemuruh  napas memintal eros

hanya pada tatap kerdip matamu 
pun telah mengigilkan sanubariku

adhitya, sybelstrasse 16, 25 Desember 2001

Desember
Desember ini.....dalam rentang jarak dan waktu tersiksaku terhimpit beratnya rindu

adhitya, sybelstrasse 16, 24 Desember 2001


Cita Nan Besar
Yakinanku,
jika cita dimaknai sengsara
semua kan sirna

yakinanku,
jika asa dimaknai  setengah jiwa
semua kan sia-sia

yakinku,
hidup terkadang harus tahan dera dan nestapa

yakinku,
hanya dengan pematangan jiwa
semua kan jadi nyata

Karena aku yakin,
akan hidup bahagia dengan kematangan jiwa.

adhitya: studentendorf-marburg, 20 Mei 2001

 

Selamat tinggal, kawan!

Hari ini aku tersentak akan satu kenyataan
Yang mendadak menyentak sepi batinku 

Hari ini gairah itu hilang sudah
Tak ada daya untuk menggapai masa 

tak ada guna perjuangan kemarin 
tinggal satu kepasrahan 
yang tak lebih bak  tembikar yang pecah 
habis juga guna  sudah
dan selamat tinggal 

adhitya, sybelstrasse 16,  23.Oktober.02


 

Rindu
kadang aku sering merenung...sayangku
seperti baru kemarin saja kita bertemu
seperti baru kemarin saja kuucapkan cinta untukmu

kadang aku sering merenung...sayangku
betapa masih terekam manis kenangan indah itu
betapa masih teringat bengkak matamu ketika berpisah dulu
betapa masih teringat berat suara dan  lambai tanganmu

kadang aku sering merenung...sayangku
betapa berat perjalanan cinta kita ini

tapi karena rindu kita ini
pasti kau sambut aku dengan kesucianmu nanti

adhitya: sybelstasse 16, 31.08.2001

 

Kemenangan
Sudah jamak kemenangan disambut dan diarak
Sudahlah layak kemenangan menjadi impian banyak khalayak
berhambur sanjungan dan terkalung bunga mewarna
serta sorak kemenangan berjubial.
Seakan tidak percaya bahwa kemenangan menjadi dirinya:
... dikenal dan terkenal.

Tapi….
Kemenangan ternyata bukan segalanya.
Terkadang terselip duri penyesak nurani
Terkadang galau kaki diajak untuk berlari
Terkadang malah membutakan mata hati.

Mengapa?
Karena kemenangan meninggalkan duka
Menyisihkan
Menyingkirkan
Dan mematikan lawan.

Pernahkah terpikir....’bukankan lawan yang membuat kita terkenal dan dikenal?’
Atau masih perlukah kita memperdebatkan berapa besar perjuangan dan betapa hebatnya kita?

adhitya:: studentendorft-marburg, 18 April 2001

 

Selayar Cinta : Seiring dalam cita
Demi kasih suci yang kudamba,
Relaku terhimpit  perih nan sakit
Demi kasih suci yang kudamba,
Relaku berbagi duka nestapa berlinang airmata

Demi kasih suci yang kudamba,
Relaku teguh kukuh  setia penuh peluh
Demi kasih suci yang kudamba,
Relaku berasah untuk saling asih dan asuh demi cita kan bahagia

Demi kasih suci yang kudamba,
Relaku gengam kuat jaga  satu tekad.

Demi kasih suci yang  kudamba.........
pintaku kau paham maksudku.

adhitya : Oberstadt Marburg- Sybelstrasse 16, den 9 Juli 2001

 

Layang-layang
Hampir semua mengenalnya
Hampir semua menikmatinya
Tapi tidak semua merenungkan maknanya

Hidup terkadang bak layang-layang
Terbang karena angin kehidupan
Angin pula yang membawa kemalangan

Hidup terkadang bak layang-layang
Siap diadu dan menerima nasib
Terkadang bahagia karena menang
Atau sedih karena kehilangan

Hidup memang terkadang bak layang-layang.
suka dapat berganti duka.

adhitya: Studentendorf-Marburg, 19 Mei 2001

 

Hidup

Hidup kita cuma sekali
Artinya cuma Satu
Ada yang penuh bunga bunga ceria bak di surga
Ada pula yang penuh peluh dan keringat duka bak di neraka

Namun hidup harus penuh Makna
Seperti garis yang terbentuk dari titik-titik
panjang dan pendeknya makna hidup tergantung kita
gerbong hidup kadang memang panjang sarat nestapa 
ataupun pendek tapi cepat sampai 

Capaian masa lalu, masa sekarang dan masa datang
Adalah akan menjadi sejarah
Namun,
Hidup penuh makna andai kini lebih bermakna dari kemarin,
Hidup penuh makna andai esok lebih bermakna dari sekarang,
Hidup penuh makna andai hidup untuk kemanusian 
 

adhitya, sybelstrasse 16,  24.Oktober.02

 

Terima kasih Tuhan

Roda terus berputar 
Duniapun terus bergulir
teratur dan teratur

Tak terkira  betapa nikmatmu tidak pernah henti
Betapa kasihmu tidak pernah berakhir

Tak cukup kata 
ku ungkap perasaan ini padaMu
Tak cukup waktu 
ku ucap terimakasihmu padaMu

adhitya, sybelstrasse 16,  24.Oktober.02

 

 

Renung dari Relung adalah kumpulan pernik kehidupan yang aku coba tangkap dalam coretan pena. Hidup dan kehidupan bagai berombak kadang kian tak pasti, berangin kian sulit dideteksi, tapi mutlak untuk diresapi.
Kumpulan tulisan ini lebih merupakan  pengalaman dan renungan hidupku: adukan atas sedih dan gembira, tawa dan air mata, harapan berbagi  keputusasaan, cita  pula duka dan kegalauan berhimpit ambisi. 
Atau hanya sekedar lamunan atas sisi-sisi kehidupan yang aku rasakan dari berfungsinya inderaku.  Merayap, berjingkrak atau kadang mundur untuk maju menjadi roda gerakku. Dengan bermodal tekad dan percaya atas ridhoNya aku mencoba untuk merangkak dan yakin untuk lari menuju harapku.
 
   

 
     
     
 





 

 

Adhitya Wardhono & family
Hermann Rein Str. 13/102  37075 Göttingen  - Germany
+49 551 3893471